Hati-hati dengan aplikasi SIKADU palsu, IAIN Pekalongan BELUM merilis SIKADU versi Android dan IOS, saat ini SIKADU hanya dapat diakses melalui browser.
Jadwal user education SIKADU mahasiswa baru angkatan 2017, silahkan cek INFORMASI CIVITAS AKADEMIK
Informasi CPNS IAIN Pekalongan Tahun 2017, silahkan cek PENGUMUMAN
Hati-hati terhadap modus penipuan melalui sms/telp tentang pelatihan/apa saja yg mengatasnamakan pimpinan IAIN Pekalongan, konfirmasikan terlebih dulu ke (0285) 412575

IAIN Pekalongan

Pascasarjana IAIN Pekalongan Adakan Pelatihan Model Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan LVE

E-mail Print PDF


Pekalongan (5/12) - Kurikulum 2013 lahir sebagai respons terhadap problem karakter bangsa yang semakin mengkhawatirkan. Munculnya perilaku menyimpang di masyarakat seperti korupsi, kekerasan komunal, bullying, dan pornografi pada hakikatnya terjadi karena praktik pendidikan belum seperti yang diharapkan. Sebab, bagaimanapun pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat merupakan produk pendidikan. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, review terhadap kurikulum perlu dilakukan. Meskipun perubahan kurikulum bukan satu-satunya jawaban untuk mengatasi problem bangsa tetapi setidaknya muncul kesadaran tentang pentingnya mulai memperbaiki bangsa melalui kurikulum yang ada di sekolah atau madrasah.

Keberhasilan pendidikan karakter sangat tergantung pada mindset guru dan model pembelajarannya. Sebaik apapun kurikulum telah dirumuskan, ketika para pelaku pendidikan tidak mempunyai paradigma dan mindset yang sama maka kurikulum yang telah dikembangkan tersebut baru sebatas kumpulan dokumen yang kurang fungsional. Karena itu, perubahan mindset guru menjadi prioritas utama jika ingin terjadi perubahan dalam konteks pendidikan karakter. Ada sebuah adagium Arab yang menarik dicermati, bahwa metode lebih penting daripada konten [kurikulum] (al-thariqah ahammu min al-maddah). Dalam hal ini setelah kurikulum dibuat secara ideal yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana cara mencapainya melalui metode yang tepat. Cara menyampaikan sangat terkait dengan pelaku pendidikan yakni guru. Karena itu, guru lebih penting dari pada metode.


Program Pascasarjana, dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa, membekali sebuah model pendidikan berbasis karakter yang telah dirumuskan oleh UNESCO yang dikenal dengan Living Values Education (LVE). Pelatihan Model Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Living Values Education (LVE) bagi Mahasiswa Pascasarjana STAIN Pekalongan, Minggu-Senin 4-5 Desember 2016, dengan narasumber Dr. Muqowim, M.Ag. LVE merupakan pendekatan dalam pendidikan karakter yang lebih menekankan pada pentingnya menghidupkan nilai-nilai positif dalam diri manusia. Hal ini bertolak pada Piagam PBB yang menegaskan pentingnya mengembalikan jati diri manusia yang ideal. Hal ini dapat dimulai melalui praktek pendidikan.

Sejauh ini telah banyak konsep pendidikan karakter telah dirumuskan, termasuk Model Pendidikan Karakter yang telah dibuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hanya saja, sejauh ini pendidikan karakter dari Kemendikbud sebagian besar baru sebatas pendidikan tentang karakter, bukan kearah pendidikan berbasis karakter. Pendidikan tentang karakter lebih fokus pada pengetahuan dan konsep tentang karakter sehingga cenderung fokus pada domain pengetahuan dan konsep karakter, sementara itu pendidikan berbasis karakter lebih fokus pada penciptaan suasana berbasis karakter.

Pendekatan Living Value Education (LVE) menawarkan panduan dan prinsip umum tentang bagaimana cara menghidupkan nilai dalam diri setiap individu. Untuk menuju ke sana, peran guru manjadi sangat strategis, sebab dia menjadi model bagi peserta didik. Energi positif mindset guru yang berbasis nilai akan mengarahkan perilaku pembelajaran dan pendidikan berorientasi pada nilai.

(sumber : pps.stain-pekalongan.ac.id)